Skip to main content

Pentingnya Agama Islam



PENTINGNYA AGAMA ISLAM DALAM PENDIDIKAN
Oleh Siti Asiyah, S.Pd.I

Agama seringkali hanya dijadikan sebagai suatu pendamping atau sekedar hiasan semata di dalam kehidupan. Sikap demikian muncul akibat pemahaman keagamaan yang tidak sempurna berawal dari kurangnya pengetahuan agama yang di dapatkan.
            Perbedaan agama selalu menghiasi layar kaca dan menjadi bahan perbincangan hangat di masyarakat. Hampir peristiwa yang selalu di persoalkan justru berawal dari hal sepele, hingga akhirnya merambat pada hal yang berat. Misalnya, tentang perbedaan madzhab dalam kegiatan sehari-hari seperti tata cara mudlu mengalami perbedaan madzhab 1 dengan yang lain, perbedaan adat dalam keagamaan, hingga pada penetapan awal bulan ramadhan dan 1 syawal yang selalu mengalami perbedaan dalam penetapannya, sehingga berdampak pada permusuhan dan perpecahan di kalangan masyarakat.
            Semua peristiwa itu sama sekali tidak mencerminkan kesucian agama. Padahal, agama islam itu lahir bukan untuk di jadikan bahan atau alat untuk perpecahan. Tetapi agama islam hadir di tengah-tengah masyarakat untuk mendidik dan mengarahkan tatanan kehidupan sosial masyarakat yang nyaman, karena selalu menerapkan sikap saling toleransi atau tasamuh.
            Tetapi kenyataannya di era globalisasi kenapa agama islam selalu dijadikan alat untuk permusuhan ? Apakah ada kesalahan dalam penyampaian maupun pengajarannya ? Lalu seberapa pentingkah peran agama islam dalam pendidikan di era globalisasi ?
Pendidikan Agama di Era Globalisasi
            Dalam konteks membangun dan mengembangkan masyarakat yang bermartabat dan berakhlak mulia, maka perlu reformasi pendidikan keagamaan. Memang sebuah pendidikan itu diterapkan dengan maksud tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tetapi, tidak akan berguna jika pendidikan hanya mengedepankan pada aspek  kecerdasan saja tanpa disertai dengan akhlak mulia. Disinilah gunanya pendidikan keagamaan di kalangan masyarakat, khususnya pada generasi muda penerus bangsa.
            Fungsi pendidikan kegamaan ada dua macam. Pertama, mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mampu untuk mengamalkan nilai-nilai yang di dapatkan atau menjadi ahli agama. Kedua, untuk membentuk peserta didik yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai agamanya agar menjadi ahli di bidang agama yang memiliki wawasan luas, kritis, inovatif dan dinamis. Itu semua dilakukan agar terwujud kecerdasan kehidupan bangsa dengan landasan iman, takwa dan akhlak mulia.
            Usaha untuk menerapkan pendidikan keagamaan di Negara Indonesia tidaklah mudah, karena di Indonesia tidak hanya menganut agama islam saja. Tetapi, di Indonesia juga menganut 4 macam kepercayaan yang lain. Yaitu agama kristen, hindu, budha, dan katholik. Maka perlunya penyampaian yang tepat pada sasaran dan penyampaiam metode secara tepat pula, yaitu dengan mauidza khasanah yakni dengan lemah lembut dan tanpa paksaan. Selain itu perlunya keterbukaan dalam mempelajari ilmu agama.
            Ajaran agama disampaikan dalam rangka menguatkan dasar agamanya. Dalam hal ini penjelasan haruslah rinci beserta dalil teks agama yang pasti, baik dari dalil naqli, dalil aqli, maupun dalil wijdani. Kemudian ajaran agama yang bersifat sosial juga disampaikan secara rinci termasuk di dalamnya dikenalkan bagaimana agamanya juga mengajarkan hidup berdampingan dengan agama lain. Sehingga agama lain tidak tersulut konflik sosial . Kemudian selanjutnya adalah penganut agama diajak melakukan studi lintas agama ( dalam rangka pengenalan ). Studi perbandingan ini akan semakin mempermudah toleransi beragama dan terbentuknya sikap solidaritas antar agama.
            Berbagai macam usaha maupun model dalam pendidikan kegamaan yang baik dan ideal sudah beberapa kali dilakukan, namun seringkali gagal. Untuk itu perlu adanya kerja sama antar beberapa pihak dan perlunya kesadaran serta niat yang kuat agar pendidikan keagamaan dapat terserap dan berjalan dengan baik dan lancar. Karena, Negara Indonesia tidak akan maju kalau hanya mengandalkan pada pendidikan umum saja serta di barengi ilmu pengetahuan teknologi tetapi tanpa adanya pendidikan agama. Untuk itu, marilah kita satukan Bangsa Indonesia untuk mendesain pendidikan indonesia dengan menerapkan pendidikan keagamaan.

Comments

Popular posts from this blog

KEGIATAN BELAJAR BERMAIN (KBB) Kelompok Kerja Guru Se-Gugus Bomberay dan Tomage             Anak-anak pada masa sekarang mempunyai banyak jenis permainan baik yang bersifat sederhana maupun modern. Bermain merupakan kegiatan yang sangat diminati dan sering  dilakukan oleh anak-anak. Ada pepatah yang mengatakan: " Dunia anak adalah dunia bermain". Dunia anak identik dengan bermain / permainan. Tiada hari tanpa bermain, itu semboyan bagi anak-anak.            Dengan kondisi yang demikian maka para ahli pendidikan memanfaat kegiatan bermain dalam kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Selama ini yang beranggapan bermain  dikalangan anak-anak  yang dianggap  tidak ada manfaatnya dalam proses belajar mengajar kurang bermanfaat ternyata tidak benar. Bermain yang tidak diarahkan ke dalam proses belajar mengajar memang tidak bermanfaat dan bahkan menimbulkan kegaduhan yang akhirnya mengganggu proses belajar mengajar dan tujuan pembelajaran tidak berhasil.    

Peran Guru Sebagai Model Pembelajaran Tematik

PERAN GURU SEBAGAI MODEL DALAM PEMBELAJARAN KARAKTER DAN BUDAYA BANGSA MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK Oleh :Agus Priyono, S.Pd.SD SD YPPK Santo Titus Tomage Kab. Fakfak I.        Pendahuluan Perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia telah mempengaruhi perkembangan pendidikan kita. Itu disebabkan karena pendidikan merupakan tolak ukur pembelajaran dalam lingkup sekolah. Berhasil atau tidaknya pendidikan bergantung apa yang diberikan dan diajarkan oleh guru. Hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran berbagai bidang studi terbukti selalu kurang memuaskan berbagai pihak (yang berkepentingan – stakeholder ). Hal tersebut setidak-tidaknya disebabkan oleh tiga hal. Pertama , Pendidikan yang kurang sesuai dengan kebutuhan dan fakta yang ada sekarang (Need Assessment). Kedua , Metodologi, strategi dan teknik yang kurang sesuai dengan materi. Ketiga , Prasarana yang mendukung proses pembelajaran. Ketiga hal tersebut memberikan dampak yang besar bagi perkembangan pendidikan k