PEMANFAATAN MULTIMEDIA
PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
Oleh La Hamiju, S.Pd
PEMANFAATAN MULTIMEDIA
PEMBELAJARAN
Ada 3 tipe
pemanfaatan multimedia pembelajaran. Pertama, multimedia digunakan sebagai
salah satu unsur pembelajaran di kelas. Misal jika guru menjelaskan suatu
materi melalui pengajaran di kelas atau berdasarkan suatu buku acuan, maka
multimedia digunakan sebagai media pelengkap untuk menjelaskan materi yang
diajarkan di depan kelas. Latihan dan tes pada tipe pertama ini tidak diberikan
dalam paket multimedia melainkan dalam bentuk print yang diberikan oleh guru.
Kedua, multimedia digunakan sebagai materi pembelajaran mandiri. Pada tipe
kedua ini multimedia mungkin saja dapat mendukung pembelajaran di kelas mungkin
juga tidak. Berbeda dengan tipe pertama, pada tipe kedua seluruh kebutuhan
instruksional dari pengguna dipenuhi seluruhnya di dalam paket multimedia.
Artinya seluruh fasilitas bagi pembelajaran, termasuk latihan, feedback dan tes
yang mendukung tujuan pembelajaran disediakan di dalam paket. Ketiga,
multimedia digunakan sebagai media satu-satunya di dalam pembelajaran.
Dengan
demikian seluruh fasilitas pembelajaran yang mendukung tujuan pembelajaran juga
telah disediakan di dalam paket ini. Paket semacam ini, seperti dijelaskan di
muka, sering disebut CBL (Computer Based Learning). Mungkin pembaca
bertanya-tanya apa perbedaan tipe ketiga ini dibandingkan dengan tipe kedua ?
Pemanfaatan multimedia dalam pengajaran sains Materi yang berhubungan dengan
sains adalah materi yang sangat cocok untuk dijelaskan melalui multimedia. Hal
ini berkaitan dengan sifat dari materi sains sendiri yang banyak berhubungan
dengan penjelasan suatu fenomena, proses, dan hal-hal lain yang dinamis.
Beberapa persepsi guru dan siswa di dalam pemanfaatan multimedia dalam
pengajaran sains diberikan oleh Barton (2004) di bawah ini : Manfaat dari
visualisasi : - Membuat
yang terlihat menjadi terlihat
- Menghadirkan reaksi
yang tak nampak di dalam lab
- Animasi menambah
pemahaman - Gambar
menambah pemahaman suatu konsep abstrak
- Memungkinkan
visualisasi yang terlalu kecil, terlalu cepat, terlalu lamban atau terlalu
berbahaya Perbedaan yang muncul bila dibandingkan pemanfaatan media yang lain :
- Memberikan pengayaan
bagi siswa yang mahir -
Memberikan support dan motivasi bagi siswa yang belum mahir
- Memungkinkan siswa
belajar sesuai dengan kemampuannya
- Mudah bagi siswa untuk
mengulang-ulang suatu proses
- Memungkinkan interaksi
yang lebih luas antara guru-siswa Motivasi yang muncul :
- Menimbulkan antusiasme,
ketertarikan, dan keterlibatan
- Mendorong siswa untuk
mendapatkan jawaban atas ketertarikan mereka
- Siswa merasakan suasana
menyenangkan (fun) -
Mendorong siswa untuk tetap fokus pada materi
- Suatu tool pembelajaran
untuk menghadirkan ide-ide yang sukar. Kita lihat bahwa banyak hal-hal positif
dari pemanfaatan multimedia untuk pengajaran sains. Sekalipun demikian ada hal
penting yang mesti kita antisipasi yakni : munculnya miskonsepsi dan menurunnya
motivasi pada praktikum yang sessungguhnya.
Di dalam
multimedia animasi dan simulasi hanyalah suatu tiruan dari keadaan yang
sebenarnya. Tiruan ini bagaimanapun juga tidak akan mampu mendekati keadaan
yang sesungguhnya. Keadaan tiruan inilah yang memunculkan miskonsepsi. Sebagai
contoh animasi yang menunjukkan kerja suatu rangkaian tegangan bolak balik yang
dihadirkan dengan gelombang berbentuk grafik sinus dapat saja menimbulkan
miskonsepsi bagi siswa bahwa elektron bergerak naik turun sperti halnya gerak
gelombang sinus. Melakukan praktikum dengan multimedia dan praktikum
sesungguhnya di lab jelas sangat berbeda. Praktikum dengan multimedia
berlangsung dalam kondisi yang ideal atau kendala-kendala yang ada sengaja
dihilangkan. Praktikum sesungguhnya di lab penuh dengan ketidaksempurnaan dan
error. Mungkin kita ingat kala melakukan praktikum mengukur percepatan
gravitasi bumi dengan pendulum. Berapa banyak diantara kita yang mendapatkan
nilai g di atas 9.8 m/s2 di akhir praktikum ? Kondisi-kondisi yang tak
ideal semacam ini yang menyebabkan siswa enggan untuk melakukan praktikum
sesungguhnya dan beralih ke praktikum dengan multimedia. Siswa yang kurang
mahir atau yang memiliki kemampuan pas-pasan akan enggan melakukan praktikum
sesungguhnya dengan serius karena kesalahan-kesalahan di dalam praktikum hanya
semakin menunjukkan ketidak mampuan mereka.
Hal semacam
inilah yang ingin dihindari banyak siswa. Melihat kendala-kendala di atas maka
peran guru dalam menjelaskan keterbatasan dan perbedaan suatu praktikum dengan
multimedia dan praktikum sesungguhnya sangat penting. Praktikum dengan
multimedia bukan tidak memiliki nilai positif akan tetapi perlu ditekankan
bahwa praktikum dengan multimedia lebih menekankan pada penjelasan proses yang
rumit atau konsep yang abstrak agar siswa mendapatkan gambaran umum dari suatu
proses atau konsep. Sementara praktikum sesungguhnya adalah latihan bagi siswa
untuk mencoba menguji teori-teori yang ada pada keadaan yang nyata dengan
berbagai kendala yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Hooper, S. (2002).
Educational Multimedia. In Reiser, R.A., Dempsey, J.V. (Ed). Trends And Issues
In Instructional Design And Technology. Upper Saddle River, New Jersey :
Merrill – Prentice Hall. Rieber, L.P. (2000). Computers, Graphics, &
Learning. Madison : Brown & Benchmark. Steinberg, E.R. (1991).
Computer-Assisted Instruction : A Synthesis Of Theory, Practice, And
Technology. New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates. Tay, V.(2000). Multimedia
: Making It Work. New York : Osborne / Mc.Graw Hill
Comments
Post a Comment