BELAJAR
DAN PEMBELAJARAN
Oleh. Nurma Rumasukun, S.PdI
1. Belajar Aktif
Winkel
(1996) mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas mental/psikis, yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan
sikap. Perubahan itu bersifat tetap dan berbekas. Belajar dapat dipandang
sebagai usaha untuk melakukan proses perubahan tingkah laku kearah menetap
sebagai pengalaman berinteraksi dengan lingkungannya.
Belajar
merupakan usaha seseorang untuk membangun pengetahuan dalam dirinya. Dalam
proses belajar terjadi perubahan dan peningkatan mutu kemampuan, pengetahuan,
dan keterampilan siswa, baik dari segi kognitif, psikomotor maupun afektif.
Belajar aktif (sering dikenal sebagai “cara belajar
siswa aktif”) merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran
melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri. Kemampuan
belajar mandiri merupakan tujuan akhir dari belajar aktif. Untuk dapat mencapai
hal tersebut, kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar bermakna
bagi siswa. Belajar yang bermakna terjadi bila siswa berperan secara aktif
dalam proses belajar dan akhirnya mampu memutuskan apa yang akan dipelajarinya.
Belajar
aktif merupakan perkembangan dari teori Dewey learning by doing (1859-1952).
Dewey sangat tidak setuju pada rote learning “belajar dengan menghafal”. Dewey
merupakan pendiri sekolah Dewey School yang menerapkan prinsip-prinsip
learning by doing, yaitu bahwa siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara
spontan. Keingintahuan siswa akan hal-hal yang belum diketahuinya mendorong
keterlibatannya secara aktif dalam suatu proses belajar. Menurut Dewey, guru
berperan untuk menyediakan sarana bagi siswa untuk dapat belajar. Dengan peran
serta siswa dan guru dalam belajar aktif, akan tercipta suatu pengalaman
belajar yang bermakna.
Belajar
aktif mengandung berbagai kiat yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan belajar
aktif pada diri siswa dan menggali potensi siswa dan guru untuk sama-sama
berkembang dan berbagi pengetahuan, keterampilan, serta pengalaman.
Melalui pendekatan belajar aktif, siswa diharapkan
akan lebih mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang
dimilikinya. Di samping itu siswa secara penuh dan sadar dapat menggunakan
potensi sumber belajar yang terdapat di sekitarnya, lebih terlatih untuk
berprakarsa, berpikir secara sistematis, kritis, tanggap, sehingga dapat
menyelesaikan masalah sehari-hari melalui penelusuran informasi yang bermakna
baginya.
Selanjutnya, belajar aktif menuntut guru bekerja
secara profesional, mengajar secara sistematis, dan berdasarkan prinsip-prinsip
pembelajaran yang efektif dan efisien. Artinya, guru dapat merekayasa model
pembelajaran yang dilaksanakan secara sistematis dan menjadikan proses
pembelajaran sebagai pengalaman yang bermakna bagi siswa. Untuk itu guru
diharapkan memiliki kemampuan :
a. Memanfaatkan sumber belajar di lingkungannya secara
optimal dalam proses pembelajaran.
b. Berkreasi dan mengembangkan gagasan baru
c. Mengurangi kesenjangan pengetahuan yang diperoleh
siswa dari sekolah dengan pengetahuan yang diperoleh di masyarakat
d. Memperjelas relevansi dan keterkaitan mata pelajaran
bidang ilmu dengan kebutuhan sehari-hari dalam masyarakat
e. Mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
siswa secara bertahap dan utuh
f. Memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuannya
g. Menerapkan prinsip-prinsip belajar aktif.
Dengan demikian, belajar aktif diasumsikan sebagai
pendekatan belajar yang efektif untuk dapat membentuk siswa sebagai manusia
seutuhnya yang mempunyai kemampuan untuk belajar mandiri sepanjang hayatnya,
dan untuk membina profesionalisme guru.
2. Pembelajaran
Mengajar
atau “teaching” adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide,
keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekpresikan dirinya, dan
cara-cara belajar bagaimana belajar (Joyce dan Well, 1996). Pembelajaran
adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dalam pengertian ini
terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai
hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan
metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan ini
pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini
istilah pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (disain)
sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa
tidak berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi
berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran menaruh perhatian
pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “äpa yang dipelajari
siswa”. Dengan demikian perlu diperhatikan adalah bagaimana cara
mengorganisasi pembelajaran, bagiaman cara menyampaikan isi pembelajaran, dan
bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat
berfungsi secara optimal. Pembelajaran perlu direncanakan dan dirancang secara
optimal agar dapat memenuhi harapan dan tujuan.
Rancangan Pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Pembelajaran diselenggarakan dengan pengalaman nyata
dan lingkungan otentik, karena hal ini diperlukan untuk memungkinkan seseorang
berproses dalam belajar (belajar untuk memahami, belajar untuk berkarya, dan
melakukan kegiatan nyata) secara maksimal.
b. Isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan
karakteristik siswa karena pembelajaran difungsikan sebagai mekanisme adaptif
dalam proses konstruksi, dekonstruksi dan rekonstruksi pengetahuan, sikap, dan
kemampuan.
c. Menyediakan media dan sumber belajar yang dibutuhkan.
Ketersediaan media dan sumber belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman
belajar secara konkrit, luas, dan mendalam, adalah hal yang perlu diupayakan
oleh guru yang profesional dan peduli terhadap keberhasilan belajar
siswanya.
d. Penilaian hasil belajar terhadap siswa dilakukan
secara formatif sebagai diagnosis untuk menyediakan pengalaman belajar secara
berkesinambungan dan dalam bingkai belajar sepanjang hayat (life long
contiuning education).
Bagaimana pembelajaran yang efektif? Pembelajaran
efektif adalah pembelajaran dimana siswa memperoleh keterampilan-keterampilan
yang spesifik, pengetahuan dan sikap serta merupakan pembelajaran yang
disenangi siswa. Intinya bahwa pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi
perubahan-perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor (Reiser
Robert, 1996).
a. Ciri-ciri pembelajaran efektif :
o Aktif bukan pasif
o Kovert bukan overt
o Kompleks bukan sederhana
o Dipengaruhi perbedaan individual
siswa
o Dipengaruhi oleh berbagai konteks
belajar
b. Kriteria :
o Kecermatan penguasaan
o Kecepatan unjuk kerja
o Tingkat alih belajar
o Tingkat retensi (Reigeluth &
Merril, 1989)
B. Lesson Study
Lesson
Study adalah model pembinaan (pelatihan) profesi pendidik melalui pengkajian
pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip
kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Apabila kita
cermati definisi Lesson Study maka kita menemukan 7 kata kunci yaitu pembinaan
profesi, pengkajian pembelajaran, kolaboratif, berkelanjutan, kolegalitas,
mutual learning, dan komunitas belajar. Lesson Study bertujuan untuk melakukan
pembinaan profesi pendidik secara berkelanjutan agar terjadi peningkatan
profesionalitas pendidik terus menerus. Kalau tidak dilakukan pembinaan terus
menerus maka profesionalitas dapat menurun dengan bertambahnya waktu. Bagaimana
membinanya, yaitu melalui pengkajian pembelajaran secara terus menerus dan
berkolaborasi. Pengkajian pembelajaran harus dilakukan secara berkala, misal
seminggu sekali atau dua minggu sekali karena membangun komunitas belajar adalah
membangun budaya yang memfasilitasi anggotanya untuk saling belajar, saling
koreksi, saling menghargai, saling bantu, saling menahan ego. Membangun budaya
tidak sebentar, memerlukan waktu lama. Berapa lama waktu diperlukan untuk
membangun budaya komunitas belajar tidak ada batasan, semakin lama semakin
baik. Berkenaan dengan pembelajaran, tidak ada pembelajaran yang sempurna,
selalu ada celah untuk memperbaikinya, karena itu pembelajaran harus dikaji
secara terus menerus agar lebih baik dan lebih baik. Pengkajian pembelajaran
dimaksudkan untuk mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran agar
terjadi peningkatan mutu pembelajaran terus menerus. Objek kajian pembelajaran
dapat meliputi, antara lain, materi ajar, metode/strategi/pendekatan pembelajaran,
LKS (Lembar Kerja Siswa), media pembelajaran, seting kelas, dan asesmen.
Mengapa pengkajian pembelajaran dilakukan secara berkolaborasi? Karena lebih
banyak masukan perbaikan akan meningkatkan mutu pembelajran itu sendiri.
Menurut sendiri rasanya persiapan pembelajaran sudah bagus dan ketika mendapat
masukan dari orang lain bisa meningkatkan mutu persiapan pembelajaran.
Prinsip kolegalitas dan mutual learning (saling
belajar) diterapkan dalam berkolaborasi ketika melaksanakan kegiatan Lesson
Study. Dengan kata lain, peserta kegiatan Lesson Study tidak boleh merasa
superior (merasa paling pintar) atau imperior (merasa rendah diri) tetapi semua
peserta kegiatan Lesson Study harus diniatkan untuk saling belajar. Peserta
yang sudah paham atau memiliki ilmu lebih harus mau berbagi dengan peserta yang
belum paham, sebaliknya peserta yang belum paham harus mau bertanya kepada
peserta yang sudah paham. Keberadaan nara sumber dalam forum Lesson Study harus
bertindak sebagai fasilitator, bukan instruktur. Fasilitator harus dapat
memotivasi peserta mengembangkan potensi yang dimiliki para peserta agar para
peserta dapat maju bersama.
Pengkajian pembelajaran dilaksanakan dalam tiga
tahapan, seperti diperlihatkan dalam
Pembelajaran dalam Lesson Study
Kalau
pelatihan konvensional bersifat top-down, artinya materi pelatihan sudah
disiapkan dan diberikan oleh instruktur, sebaliknya pelatihan melalui Lesson
Study bersifat bottom-up karena materi pelatihan berbasis permasalahan yang
dihadapi para guru di sekolah, kemudian dikaji secara kolaboratif dan
berkelanjutan. Lesson Study dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu tahapan
pertama adalah Plan (merencanakan), tahapan kedua adalah Do (melaksanakan), dan
tahapan ketiga adalah See (merefleksi) yang berkelanjutan. Dengan kata lain
Lesson Study merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang tak pernah
berakhir (continous improvement). Berikut paparan mengenai
tahapan-tahapan pelaksanaan Lesson Study.
Secara
ringkas, gambaran umum dan tujuan utama Lesson Study serta hubungannya dengan
empat kompetensi guru yang diharapkan UU No 14 Tahun 2005 tentang guru dan
dosen.
Comments
Post a Comment