Skip to main content
KELAS YANG HIDUP
Oleh: Rukinem, A.Ma.Pd

Ada satu nama yang hampir tak bisa ditinggalkan setiap kali berbicara tentang manajemen kelas. Dia adalah Robert J. Marzano, ilmuwan senior di Mid-Continent Research for Education and Learning yang bermarkas di Aurora, Colorado. Profesor yang juga Wakil Presiden dari Pathfinder Education, Inc., sebuah perusahaan yang mengkhususkan diri dalam bidang penelitian dan konsultansi pendidikan persekolahan ini dikenal sebagai pembicaraan dan trainer bereputasi internasional karena berbagai penelitiannya yang sangat serius dalam bidang ini. Lebih dari 35 tahun, Marzano melakukan penelitian intensif tentang sekolah dan manajemen kelas.
Awalnya, Marzano menekuni studi tentang pengelolaan sekolah dan kepemimpinan. Tetapi berbagai riset yang dilakukan tentang kesuksesan siswa, mengantarkan dia sebagai peneliti paling kompeten tentang manajemen kelas sekaligus seorang trainer dan konsultan yang berhasil. Ia sukses menjadi trainer bukan hanya karena kemampuannya membawakan materi secara memikat. Lebih penting dari itu adalah, ia mengubah banyak ruangan kelas melalui guru-guru yang mengikuti pelatihannya.
Sampai saat ini, tidak kurang dari 25 buku serius yang telah ia tulis tentang manajemen kelas maupun pengelolaan sekolah serta lebih dari 150 artikel dan bab dengan topik seputar keefektivan sekolah, mengajarkan keterampilan berpikir serta tentang penyusunan, penataan kembali, asesmen dan implementasi standar di kelas maupun sekolah.
Saya merasa perlu memperkenalkan sosok yang satu ini sebagai pembuka rangkaian eksplorasi buku yang insyaAllah akan muncul di buletin ini karena ke depan kita akan beberapa kali merujuk pada hasil-hasil riset atau bukunya. Sebagaimana pada kesempatan yang lain, insyaAllah saya akan memperkenalkan nama Thomas J. Sergiovanni ketika berbicara tentang kekepalasekolahan (principalship).
Kali ini, sebagai tulisan pembuka, saya ingin mengajak Anda untuk menikmati sajian tulisan Marzano bertajuk Classroom Management that Works: Research-Based Strategies for Every Teacher. Buku yang ditulis bersama Jana S. Marzano dan Debra J. Pickering ini diterbitkan oleh ASCD (Association for Supervision and Curriculum Development) yang berkedudukan di Virginia. Sebuah buku yang relatif lama -terbit tahun 2003-tetapi isinya masih sangat aktual.
Apa yang menarik dari buku ini? Daya ubah guru. Mari kita lihat kasus anak-anak yang nilai matematikanya berada pada persentil 50 (lihat tabel). Mereka yang masuk sekolah rata-rata dengan guru yang kualitasnya juga rata-rata, setelah 2 tahun prestasi mereka tidak berubah. Tetap berada pada persentil 50.
Mereka yang masuk sekolah kurang bermutu dengan guru yang juga di bawah rata-rata, maka setelah 2 tahun siswa anjlok prestasinya dari persentil 50 ke 3. Terjun bebas. Sementara mereka yang masuk ke sekolah bermutu (efektif) dengan guru yang di bawah rata-rata, prestasi siswa pada umumnya merosot ke persentil 37. Sebaliknya, jika mereka yang berada di persentil 50 pindah ke sekolah bagus dengan guru yang unggul, prestasi mereka melonjak ke persentil 96 setelah 2 tahun. Sedangkan yang masuk sekolah ecek-ecek dengan guru yang sangat efektif, siswa meningkat prestasinya ke persentil 63.
Apa yang bisa kita petik dari catatan Marzano? Anak yang biasa-biasa saja bisa mencapai prestasi cemerlang jika ia masuk sekolah yang efektif dengan guru yang juga efektif. Perubahan prestasi tersebut bisa terjadi secara sangat dramatis. Bukan hanya secara individual, lebih dari itu lompatan prestasi terjadi secara klasikal. Tetapi sekolah efektif tanpa guru yang efektif, prestasi siswa justru cenderung merosot secara signifikan. Sebaliknya - sebagaimana ditunjukkan oleh Marzano di awal buku ini- sekalipun sekolah sangat tidak efektif, guru tetap dapat melejitkan prestasi siswa. Ini menunjukkan bahwa yang paling menentukan keberhasilan belajar siswa di sekolah adalah guru. Tanpa dukungan manajemen sekolah yang efektif, guru mampu mendongkrak prestasi siswa. Sementara tanpa kehadiran guru efektif, sekolah hebat tidak berarti apa-apa. Bahkan prestasi siswa akan cenderung menurun.
Meskipun pengaruh guru kelas sudah sangat jelas, tetapi dinamika yang terjadi sehingga guru bisa mengubah siswa biasa-biasa saja menjadi luar biasa, bukan perkara sederhana. Guru efektif menjalankan banyak fungsi. Selain mengajarkan bidang studi yang menjadi tanggung-jawabnya, guru efektif juga seorang motivator yang memanfaatkan setiap kesempatan untuk mendorong siswa berprestasi. Dia juga mampu menyelenggarakan proses pembelajaran di kelas yang bersifat motivasional, yakni kegiatan pembelajaran yang menjadikan siswa bergairah terhadap mata pelajaran tersebut meskipun di dalamnya tidak ada kegiatan pemberian motivasi secara khusus.
Jika kita kelompokkan, ada 3 fungsi utama yang perlu diperhatikan untuk menjadi guru efektif. Pertama, menciptakan pilihan-pilihan bijak tentang strategi instruksional yang akan dijalankan di kelas. Kedua, merancang kurikulum kelas untuk memfasilitasi belajar siswa. Ini meliputi bagaimana guru melakukan presentasi di depan siswa sehingga bisa menyampaikan pengetahuan yang sama dalam format berbeda. Cara ini dimaksudkan agar siswa memiliki gairah belajar yang tinggi hingga di rumah. Ketiga, menggunakan secara efektif teknik-teknik manajemen kelas.
Ketiga hal ini menarik sekali untuk kita diskusikan lebih lanjut. Lebih-lebih berkait dengan bagaimana mengembangkan ketiga hal tersebut pada diri guru-guru, sehingga mereka mampu menerapkan di kelas. Tetapi kesempatan kita sangat terbatas. InsyaAllah di lain waktu kita bisa berbincang lebih panjang.
Bagian lain yang menarik dari buku ini adalah hasil riset yang dilakukan oleh Marzano dan kawan-kawan tentang faktor yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Riset ini memusatkan perhatian pada hal-hal apa yang memberi pengaruh besar bagi peningkatan prestasi siswa. Dari sekian banyak hal, ada empat aspek manajemen kelas yang paling menonjol pengaruhnya. Pertama, mental set. Kedua, intervensi disiplin, yakni tindakan-tindakan kelas yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan disiplin tinggi pada diri murid, baik di kelas maupun luar kelas. Ketiga, hubungan guru-murid. Pola hubungan high dominance merupakan antara guru dan murid merupakan bentuk yang paling optimum dalam melejitkan prestasi. Disusul oleh pola berikutnya, yakni high cooperation. Sementara dua pola hubungan lainnya, high submission dan high opposition memberi akibat buruk bagi siswa. Keempat, aturan dan prosedur yang jelas.



Comments

Popular posts from this blog

KEGIATAN BELAJAR BERMAIN (KBB) Kelompok Kerja Guru Se-Gugus Bomberay dan Tomage             Anak-anak pada masa sekarang mempunyai banyak jenis permainan baik yang bersifat sederhana maupun modern. Bermain merupakan kegiatan yang sangat diminati dan sering  dilakukan oleh anak-anak. Ada pepatah yang mengatakan: " Dunia anak adalah dunia bermain". Dunia anak identik dengan bermain / permainan. Tiada hari tanpa bermain, itu semboyan bagi anak-anak.            Dengan kondisi yang demikian maka para ahli pendidikan memanfaat kegiatan bermain dalam kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Selama ini yang beranggapan bermain  dikalangan anak-anak  yang dianggap  tidak ada manfaatnya dalam proses belajar mengajar kurang bermanfaat ternyata tidak benar. Bermain yang tidak diarahkan ke dalam proses belajar mengajar memang tidak bermanfaat dan bahkan menimbulkan kegaduhan yang akhirnya mengganggu proses belajar mengajar dan tujuan pembelajaran tidak berhasil.    

Peran Guru Sebagai Model Pembelajaran Tematik

PERAN GURU SEBAGAI MODEL DALAM PEMBELAJARAN KARAKTER DAN BUDAYA BANGSA MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK Oleh :Agus Priyono, S.Pd.SD SD YPPK Santo Titus Tomage Kab. Fakfak I.        Pendahuluan Perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia telah mempengaruhi perkembangan pendidikan kita. Itu disebabkan karena pendidikan merupakan tolak ukur pembelajaran dalam lingkup sekolah. Berhasil atau tidaknya pendidikan bergantung apa yang diberikan dan diajarkan oleh guru. Hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran berbagai bidang studi terbukti selalu kurang memuaskan berbagai pihak (yang berkepentingan – stakeholder ). Hal tersebut setidak-tidaknya disebabkan oleh tiga hal. Pertama , Pendidikan yang kurang sesuai dengan kebutuhan dan fakta yang ada sekarang (Need Assessment). Kedua , Metodologi, strategi dan teknik yang kurang sesuai dengan materi. Ketiga , Prasarana yang mendukung proses pembelajaran. Ketiga hal tersebut memberikan dampak yang besar bagi perkembangan pendidikan k